Tantangan Penyuluhan KB di Jatinangor


Tantangan Penyuluhan KB di Jatinangor
Oleh:
Eka Chandra Oktaviani

            Penyuluhan Keluarga Berencana khususnya di daerah Jatinangor sudah berjalan cukup baik. Semua program kerja terlaksana secara menyeluruh ke 19 desa yang ada di kecamatan Jatinangor. Program-program tersebut terlaksana sepenuhnya atas kerjasama UPTKB kecamatan Jatinangor dengan Pos-KB yang ada di desa-desa, Sub-KB yang ada ditiap RW, dan aseptor yang tersebar disetiap RT, selain itu kerja sama juga dilakukan dengan intitusi masyarakat pedesaan, dan dukungan dari tokoh masyarakat, pemuka agama, serta kepala desa di daerah Jatinangor. Kegiatan penyuluhan tersebut dibagi kedalam 2 tahapan yaitu tahapan formal dan informal. Tahapan formal yaitu proses penyuluhan dan pembahasan perkembangan penyuluhan KB dalam rapat koordinasi (Rakor) dan rapat evaluasi disetiap desa selama 1 bulan sekali. Sedangkan tahapan informal yaitu penyuluhan di Posyandu, perkelompok, maupun door to door. Dalam tahapan informal ini para penyuluh secara komunikatif, informatif dan edukatif melakukan pendekatan yang aktif terhadap masyarakat dengan berbekal KB kit ataupun dengan mendatangkan MUPER (mobil penerangan) untuk memberikan penyuluhan dengan memutar video mengenai KB dan memberikan pelayanan mengenai KB.
            Penyuluhan KB yang dilakukan UPTKB Kecamatan Jatinangor mengerahkan seluruh PKB sebanyak 4 orang dan 2 orang TPD (Tenaga Penggerak Desa). Mereka membina masing-masing 3-4 desa. Meskipun optimalnya masing-masing PKB itu satu desa tetapi mereka menjalankannya dengan baik. Maka tidak heran jika ruangan atau kantor UPTKB di Kecamatan Jatinangor pada jam kerja juga terlihat tertutup dan sepi kecuali hari Senin, karena semua anggota PKB dan TPD gencar bekerja di luar kantor. Misalnya, setiap hari Selasa dan Jum’at para petugas PKB dan TPD berjaga di puskesmas yang tersebar di daerah Jatinangor, selain itu mereka juga siap berjaga di setiap pelaksanaan kegiatan Posyandu yang waktunya kadang-kadang tak menentu dan menyita waktu libur mereka.
 Respon masyarakat Jatinangor pun beragam, ada yang antusias juga biasa-biasa saja menanggapi penyuluhan KB yang ada di Jatinangor ini. Respon ini menjadi bermasalah ketika terjadi pertambahan penduduk dari berbagai aspek misalnya di daerah Jatinangor merupakan daerah kawasan pendidikan dan industry sehingga banyak penduduk baru yang belum terdata dikependudukan daerah kecamatan Jatinangor. Hal ini menambah pekerjaan PKB untuk memberikan layanan secara maksimal dan menyeluruh kepada setiap masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, secara kuantitas maupun kualitas, program KB di Jatinangor belum mencapai keberhasilan yang cukup signifikan. Secara kuantitas proses kelahiran belum bisa ditekan, pemberian penyuluhan KB pun mempunyai hambatan dalam kurangnya SDM. Sementara dari segi kualitas, program KB di Jatinangor belum begitu melembaga baru tersebar di kalangan organisasi wanita, tokoh masyarakat, dan alim ulama. Hal semacam ini menjadi PR besar untuk BPPKB khususnya UPTKB Kecamatan Jatinangor dan menjadi perhatian besar untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas program KB.
Dalam peningkatan kualits serta kuantitas tersebut muncul beberapa tantangan yang memang harus bisa diatasi oleh para PKB, tantangan tersebut diantaranya adalah :
1.      Kurangnya tenaga PKB di daerah Jatinangor membuat para PKB yang ada sedikit kewalahan dan lebih ekstra kerja keras dalam melakukan penyuluhan meski dalam satu hari harus 2 samai 3 desa yang harus dijangkau.
2.      Melonjaknya pertambahan penduduk seiring dengan berkembangnya kawasan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan dan industri, yang menyebabkan daya jangkau PKB menjadi bertambah banyak dengan jumlah PKB yang ada sekarang.
3.      Dibeberapa desa kawasan Jatinangor terjadi KTD (kehamilan tidak diinginkan) yang banyak menimpa para remaja dibawah usia pernikahan ideal sehingga mereka harus menikah dini dan belum sadar untuk ber-KB karena pemahaman mereka mengenai KB masih minim.
4.      Fasilitas yang kurang memadai misalnya motor dinas hanya ada 2 sedangkan jumlah PKB 4 orang dan TPD 2 orang, ini menjadi tantangan tersendiri untuk para PKB karena untuk mencapai desa tempat penyuluhnnya mereka memerlukan alat transfortasi apalagi ketika dihadapkan penyuluhan di 2 desa sekaligus dalam 1 hari. Selain alat transformasi juga kantor yang sangat minimal dan berkerja harus maksimal, bahkan UPTKB kecamatan Jatinangor sulit dikenali kebenarannya di lingkungan kecamatan Jatinangor karena plang sendiri belum ada. Anggaran dana yang susah turun dari pihak Intansi Pemerintah membuat para PKB lebih banyak bersabar dan harus betah dengan fasilitas yang seadanya.
5.      Kerjasama dengan beberapa anggota masyarakat seperti tokoh masyarakat, organisasi wanita, tokoh agama, Karang Taruna, dan Kepala Desa disebagian desa masih kurang dan perlu ditingkatkan kembali.
6.      Kurangnya apresiasi masyarakat dibeberapa desa pada layanan KB berupa beberapa poktan seperti BKB, BKR, BKL, serta UPPKS.
7.      Respon dari masyarakat cukup baik, tetapi partisipasi masyarakat dibeberapa desa dalam hal ber-KB masih kurang dengan berbagai alasan seperti masalah ekonomi dibeberapa kalangan, ketakutan akan alat-alat KB dan rumor “Haram” untuk ber-KB dibeberapa kalangan masyarakat.
8.      Kurangnya antusiasme para lelaki untuk ber-KB karena ketika diadakannya penyuluhan sulit sekali untuk mengerahkan para bapa untuk bergabung dalam proses penyuluhan, kalaupun ada dapat dihitung dengan jari.
Tantangan tersebut menjadi suatu cambuk yang membuat para PKB dan TPD harus lebih bisa menonjolkan kinerjanya dengan baik. Maka dengan orang-orang yang sedikit mereka mengerahkan tenaga dan pikiran mereka untuk membuat program penyuluhan KB yang efektif dan efisien meskipun diselimuti dengan berbagai tantangan yang ada, dibantu oleh Pos-KB disetiap desa, Sub-KB di setiap RW, dan Aseptor ditiap RT seluruh desa Kecamatan Jatinangor. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama dan Kepala Desa menjadi salah satu alternative membangun kader-kader yang bisa membantu program KB yang sudah dan sedang berjalan di kecamatan Jatinangor.
Segala macam dan tantangan yang ada membawa banyak pengharapan dari para PKB dan TPD yang ada di Jatinangor. Demi keberhasilan pencapaian kinerja program-program UPTKB mereka berharap adanya bantuan dan dukungan dari segala pihak baik intansi pemerintahan, maupun seluruh golongan masyarakat yang ada di daerah Jatinangor. Fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang pekerjaan mereka menjadi perhatian besar bagi mereka, bahkan mereka memerlukan patner kerja / SDM yang berkompeten untuk membantu mereka di UPTKB Jatinangor. Semoga dengan segala tantangan yang ada para KB dan TPD yang ada di kecamatan Jatinangor semakin tertantang dan berambisi untuk menjalankan segala proses dan program Penyuluhan Keluarga Berencana ini dengan baik, dan segala harapan para PKB dan TPD bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk membantu para PKB yang ada di kecamatan Jatinangor.
           


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

2 Response to "Tantangan Penyuluhan KB di Jatinangor"

  1. honey says:
    28 April 2015 pukul 19.01
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  2. honey says:
    28 April 2015 pukul 19.02

    Assalamu'alaikum, salam kenal Mba, saya ifah tertarik dengan artikel ini, kalau boleh bertanya lebih lanjut kira-kira bisa menghubungi ke mana. mungkin bisa email saya ke ifah_hanifah@yahoo.de. Terima kasih

Posting Komentar

Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design